Senin, 06 Oktober 2014



Penegerian Umuslim, dengan Janji Fiksi
Oleh: Khairul Fahmi
            Universitas Al Muslim adalah sebuah lembaga Pendidikan Tinggi Swasta (PTS) yang terletak di sebalah timur Kabupaten Bireuen sebuah lembaga dibawah naungan Yayasan Al Muslim Peusangan, Matangglumpangdua. Umuslim merupaka PTS terbesar di Aceh yang dikabarkan akan dinegerikan dalam waktu dekat namun, hingga saat ini penegerian kampus tersebut tak terealisasikan semuanya hanya kabar burung belaka yang tak pernah ada kepastian membuat mahasiswa yang kini menuntut ilmu di Universitas tersebut keluh kesah akan status Perguruan Tinggi kebangaan masyarakat Peusangan dan Kabupaten Bireuen. Universitas yang nantinya akan menjadi Perguruan Tinggi Negeri atau hanya sebatas kabar burung yang sulit untuk dipercaya akan janji-janji manis Pemerintah  saja yang mengumbar janji akan perubahan status Umuslim, namun hingga kini belum terlaksana. Dimanakah letak kekurangan terhadap kampus kebanggaan masyarakat Bireuen?
Janji-janji
            Jauh hari, sebelum angin segar Mentri BUMN Dahlan Iskan berhembus ketika menyambangi Umuslim beberapa waktu lalu, Pemerintah Provinsi Aceh, melalui Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, yang berharap kepada Pemerintah Pusat untuk segera merubah status Universitas yang ada di Aceh diantaranya, Universitas teuku Umar, Meulaboh (sudah Negeri), Universitas Al Muslim Peusangan di kabupaten Bireuen, universitas Gunung Lauser Kutacane, Universitas Gajah putih di Takengon,  dan Politeknik Indonesia-Venezuela. Tanpa menunggu waktu secara gamblang SBY mengatakan Pemerintah sangat mendukung akan peningkatan mutu pendidikan yang membuat mahasiswa Umuslim elus dada dan besyukur karena PTS yang mereka duduki termasuk dalam proses perubahan status dari PTS menjadi PTN. Selanjutnya, juga datang dari Putra Daerah Aceh yang menjabat sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Ir. H. Azwar Abubakar, MM, juga memberikan sedikit harapan hal itu dikemukakan saat menyambangi Umuslim dan memberikan kuliah umum di Universitas tersebut, Senin 13 Januari 2014.
Dia mengatakan sangat mendukung upaya penegerian Umuslim dengan memberikan alasan penegerian Universitas tersebut akan sangat mendukung sarana pendidikan yang tersedia di Universitas tersebut semakin baik, dengan suara tegas beliau menyebutkan yang sedikit keluar bahasa Acehnya “Penegerian Al Muslim, kenapa tidak! Kita dukung, pat kuteken?” tegas seorang yang pernah menjabat Wakil Gubernur Aceh dan disambut dengan applause dari Rektorat, akademika serta Mahasiswa yang ikut dalam kuliah umum bersama Bapak Menteri, begitulah nasib yang harus diemban mahasiswa yang sekarang kuliah di Universitas tersebut, akan janji-janji dengan menaruh harapan Umuslim segera dingerikan.
Sampai kapan
            Sampai kapankah Umuslim harus megemban janji-janji manis saja yang hingga kini masa Pemerintahan SBY diambang tuntas yang tersisa hanya beberapa bulan lagi, akankah Umuslim masih tetap mengerang sakit hati akan harapan palsu yang berhembus?  Kini, tiada seorangpun yang akan  peduli lagi akan status itu semua sibuk akan kekuasaan tanpa memikirkan rakyat kecil yang kuliah di Universita tersebut, dimana pihak Universitas memberikan keringanan kepada kami mahasiswa untuk melunasi SPP dengan sistem pembayaran bertahap setiap satu semester cicilan dua kali pembayaran, Mohon dengarkan tangisan kami mahasiwa kecil yang berguru di Lembaga Tinggi tersebut dari tangan anda para pentinggi baik Daerah maupun Pusat atas status Perguruan Tinggi ini, sebagaimana harapan yang berada di benak masyarakat Bireuen  dan Mahasiswa yang sedang kuliah di Universitas tersebut, semoga janji bukan hanya janji yang fiksi yang membuat para rakyat kecil apalagi Indonesia sedang mengadapi mencari sosok Pemimpin baru, perhatikanlah generasi muda masa datang yang berada dalam naungan Umuslim.
Khairul fahmi, Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,             Universitas Al muslim (Umuslim) Bireuen.


Resensi Buku Pengantar Sastra Aceh



Resensi Buku Pengantar Sastra Aceh




Judul               : Pengantar Sastra Aceh
Penulis             : Dr. Muhammad Harun, M.Pd.
Penerbit           : Citapustaka Media Perintis, Bandung
Tahun              : 2012
Tebal Buku      : 358 Halaman
Kategori          : Ilmiah

            Sastra Aceh yang dimaksudkan dalam buku ini adalah  sastra bebahasa Aceh. Sastra tersebut terdiri atas sastra lisan dan sastra tulis.  Saat ini banyak sastra lisan yang sudah dituliskan, tetapi sastra lisan tersebut bukanlah sastra tulis. Ia adalah sastra lisan yang dituliskan (dicatat atau diaksarakan) dan kemudian didokumentasikan.

Oleh: Khairul Fahmi
            Dalam buku ini, Dr. Mohd. Harun, M.Pd. lebih dikenal dengan sebutan Harun al Rasyid menuliskan bagaimana perkembangan Sastra Daerah Aceh sejak zaman kolonial sampai sekarang. Beliau juga menyebutkan beberpa Prosa Fiksi (Haba) yang beredaran dalam masyarakat Aceh mulai dari binatang sampai hal-hal yang bersifat tidak mungkin terjadi, dan bersifat rekaan.buku yang dituliskan oleh beliau sudah menjadi pegangan bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi di Aceh sebut saja Universitas Syiah Kuala, Jabal Ghafur, dan sebagainya. Yang juga menjadi pegangan bagi saya Mahasiswa Universitas Almuslim, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), program studi Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, untuk mengikuti mata kuliah wajib bagi seluruh Mahasiswa guru Bahasa Indonesia yag ada di Aceh. Buku ini jelas dan memberi pemahaman bagi setiap pembaca paham betul bagaimana kisah perjalanan sastra di Aceh. Seperti pantun, dongen, legenda dan sebagainya yang bisa kita pahami dalam sbuku buah tangan beliau, seut saja pepatah yang bisa dipetik dari buku ini, diantaranya, som salah peulumah saleh dann lain sebagainya.
            Mantra  dalam sisilah Aceh sering disebut Neurajah sebagaimana masyarakat Aceh Tempo dulu yang masih percaya akan roh gaib dan mempercayai akan mantera tersebut dapat membuat segala sesuatu yang dapat berjalan lancar, sebut saja diataranya, neurajah Menderes Nira Ijuk, Neurajah Penyembuh Bisul dan sebagainya. Dalam silsilah Aceh juga ada sastra tebak-tebakan atau istilah Acehnya yaitu H’iem dan jenis-jenisnya sampai kepada Seulaweuet atau salawat yang juga menjadi keabsahan masyarakat aceh pada umumnya. Meurukon yang merupakan salah satu puisi Aceh berbentuk dialogis atara satu kelompok dengan kelompok lainya, serta jenis-jenis yang terdapat dalam meurukon.
            Penggunaan bahasa dalam sastra aceh yang sering kali di awali dengan pemilihan diksi atau pemilihan kata yang dalam puisi aceh baik puisi lisan maupun puisi tulis aceh sebagai wahana ekspresi utama. Serta menjelaskan bagaimana letak-letak atau jenis sastra yang terdapat dalam Provinsi Aceh yang memberi pencerahan bagi generasi emas yang akan lebih membahana dan memberi pengaruh perubahan bagi Aceh  dari lahirya generasi yang akan muncul dan dilahirkan oleh perguruan-Perguruan Tinggi Besar di Aceh diantaranyanya berdasrkan Urutan Perguruan Tinggi yang secara peringkat di aceh di posisi teratas tidak lain  ­jantong Hate Aceh Universitas Syiah Kuala, di posisi kedua ada Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, ketiga ada Universitas Malikussaleh serta di posisi keempat diduduki PTS yakni Universtias Almuslim, semoga Aceh akan melahirkan sosok penulis buku yang handal.

            Dr. Muhammad Harun, M.Pd. adalah seorang yang peduli akan perkembangan sastra daerah aceh dengan lahirnya buku ini, sosok pria kelahiran  Laweueng, Pidie, Aceh ini salah seorang yang di kenal sebagai seorang Dosen di Unviersitas Syiah Kuala yang mampu melahirkan motivasi bagi mahasiswa aceh untuk memperdalam ilmu sastra aceh untuk perkembangan sastra di daerah aceh. Buku ini juga mampu memotivasi mahasiswa aceh untuk lebih peduli akan karya sastra daerah aceh yang tak kalah hebat dengan karya sastra nasional, sebut sja L.K. Ara seorang penyair Aceh yang dikenal di  Aceh dan Indonesia, di masa sekarang Aceh sedang menatap sosok baru yang akan muncul di negeri Serambi Mekkah ini. Semoga Aceh ke depan dapat melahirkan sosok penulis, sastrawan yang tak kalah hebat dari penghulunya yang telah tiada, karena hidup tak kekal di dunia, kekal itu adalah akhirat tempat abadan abadi selamanya untuk Makhluk ciptaan Allah swt. sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Dr. Azman Ismail, M.A. salah seorang Guru Besar Sastra Arab IAIN AR-Raniry yang sekarang menjadi UIN Ar-Raniry, sebuah buku yang bercerita tentang masa lalu orang Aceh dalam bentuk seperti haba jameun (cerita rakyat). Begitulah pentingnya buku ini untuk kalangan mahasiswa Aceh khususnya mahasiswa PBSID (Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah).








Sabtu, 26 April 2014


fungsi dan makna ( sisipan, akhiran dan gabungan)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Proses morfologis mempunyai fungsi gramatik dan fungsi semantik. Fungsi gramatik adalah fungsi yang berhubungan dengan dengan ketatabahasaan, sedangkan fungsi semantik adalah fungsi yang berhubungan dengan makna. Untuk keperluan pertuturan itu sering pula sebuah kata dasar atau bentuk dasar yang sudah diberi imbuhan dibubuhi pula dengan imbuhan lain.
Imbuhan yang ada dalam bahasa Indonesia adalah :       
1. Akhiran:-kan, -i, -an dan -nya        
2. Sisipan: -el, -em,  –er dan -in         
3. Gabung: ber-an, peN-an, per-an,dan ke-an.
Dalam makalah dibahas fungsi dan makna dari ketiga jenis tersebut serta contoh dalam kalimat.

1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mahasiswa untuk menyelsaikan materi berdasaran kelompuok masing-masing. Meteri yang harus diselesaikan oleh kelompok ini adalah Fungsi dan Makna (sisipan, akhiran dan gabungan).

1.3.Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan sebagai kelengkapan tugas mahsiswa, dimana mahasiwa dapat mengetahui Fungsi dan Makna (sisipan, akhiran dan gabungan)  serta pengaplikasikan dalam sebuah kalimat dan juga sebagai bahan materi ajar bagi mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah morfologi.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya ada pada kata tertentu.
 Sisipan -el-, -er-, -em-, dan –in-
Sisipan ini tidak mempunyai variasi bentuk, dan ketiganya merupakan imbuhan yang tidak produktif. Artinya tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru.        
Pengimbuhannya dilakukan dengan cara menyisipkan diantara konsonan dan vocal suku pertama pada sebuah kata dasar.  
Contoh : -EL + tapak              telapak
Ø  contoh kata di atas yang menyatakan makna yang melakukan.
Contoh dalam kalimat adalah
­telapak tangannya terluka karena jatuh dari kereta.   
-Er-      + gigi          gerigi
Ø  contoh kata di atas yang menyatakan makna banyak atau bermacam-macam. Contoh dalam kalimat adalah           
dalam sebuah gergaji terdapat puluhan gerigi           
-em-     + getar             gemetar
Ø  contoh kata di atas yang mengatakan bahwa makna intensitas. Contoh dalam kalimat adalah
Andi gemet­ar akibat  suhu badannya panas.
  -in- + kerja            kinerja
Ø  contoh kata di atas yang menyatakan makna yang menyatakan kualitas. Contoh dalam kalimat adalah
Kinerja Pak Dedi sebagai Kepala Sekolah patut diberi apresiasi.



2.2.  Akhiran (Sufiks)
       Afiks yang dibubuhkan pada akhir sebuah kata.
Akhiran –kan           
Akhiran –kan tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi dan kondisi mana pun bentuknya sama. Pengimbuhan dilakukan dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya.
Fungsi akhiran –kan adalah membentuk kata kerja transitif, yang dapat digunakan dalam kalimat perintah, kalimat pasif yang predikatnya berbentuk (aspek)+pelaku+kata kerja, dan subjek menjadi sasaran perbuatan dan pada keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berbentuk yang+(aspek)+pelaku+kata kerja. Pembentukan kata dengan akhiran –kan akan memberikan makna sebagai berikut :           
a. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –kan harus diimbuhkan pada :       
1) Kata sifat   
Contoh : tenangkan dulu anak-anak itu!        
Tenangkan artinya “jadikan tenang”  
2) Kata kerja yang menyatakan keadaan       
Contoh : hubungan telepon telah mereka putuskan   
Putuskan artinya “jadikan putus”      
3) Beberapa kata benda yang memiliki sifat khusus  
Contoh : daerah itu harus kita hutankan kembali      
Hutankan artinya “jadikan hutan”     
b. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi berada” akhiran –kan harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan tempat. Contoh :
Pinggirkan dulu mobil itu!     
Pinggirkan artinya “jadikan berada dipinggir”          
c. Untuk mendapatkan makna “lakukan…” akhiran –kan harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh :     
Lemparkan bola itu kesini!     
Lemparkan artinya “lakukan lempar akan bola”        
d. Untuk mendapatkan makna “lakukan untuk orang lain” akhiran -kan harus diimbuhkan pada kata kerja yang kata dasarnya sudah transitif. Contoh :     
Tolong ambilkan buku itu!     
Ambilkan artinya “ambil untuk orang lain”   
e. Untuk mendapatkan makna “bawa masuk ke…” akhiran –kan harus digunakan pada beberapa kata benda yang menyatakan ruang atau wadah. Contoh :      
Asramakan saja anak-anak itu.           
Asramakan artinya “masukkan ke asrama”    
Catatan:        
Akhiran –kan lazim digunakan bersama dengan awalan me- sehingga menjadi me-kan yang digunakan dalam kalimat aktif transitif atau juga dengan awalan di- sehingga menjadi di-kan yang digunakan dalam kalimat pasif transitif.          

 Akhiran –i                
Akhiran –I tidak mempunyai variasi bentuk, jadi untuk kondisi dan situasi mana saja bentuknya sama saja. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya. Perlu diperhatikan kata-kata yang berakhir dengan fonem /i/ tidak dapat diberi akhiran –i.      
Pembubuhan kata dengan akhiran –I ini akan memberikan makna antara lain yang menyatakan :   
a. Untuk mendapatkan makna berkali-kali akhiran –I harus diimbuhkan ada kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh :         
Pencuri itu mereka pukuli sampai babak belur.          
Pukuli artinya (pekerjaan) memukul dilakukan berkali-kali.  
b. Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –I harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tempat. Contoh :         
Jangan duduki kursi itu.         
Duduki artinya “duduk di kursi.        
c. Untuk mendapatkan makna “merasa sesuatu pada” akhiran –I harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan sikap batin. Contoh :  
Hormatilah gurumu!   
Hormati artinya “merasa hormat pada gurumu.         
d. Untuk mendapatkan makna “memberi atau membubuhi” akhiran –I harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan benda yang dapat diberikan. Contoh :  
Tolong nasihati anak-anak itu!           
Nasihati artinya “memberi nasihat pada anak-anak itu.         
e. Untuk menanyakan makna “menjadi atau menganggap“ akhiran –I harus diimbuhkan pada beberapa kata benda tertentu yang dikenal dengan sifat khasnya. Contoh :          
Jangan kalian budaki anak itu!           
Budaki artinya “anggap sebagai budak”        
f. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –I harus dibubuhkan pada kata sifat. Contoh :      
Lengkapi dulu syarat-syaratnya!        
Lengkapi artinya “jadikan lengkap pada”
    
Catatan :
Akhiran –I lazim digunakan bersama dengan awalan ME sehingga menjadi ME-I yaitu yang digunakan dalam kalimat aktif transitif atau juga dengan awalan DI- sehingga menjadi DI-I yaitu yang digunakan dalam kalimat pasif transitif.

Akhiran –AN
Akhiran –AN tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi dan kondisi mana pun bentuknya tetap –AN. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya.     
Fungsi akhiran –AN adalah membentuk kata benda. Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhan dengan akhiran –AN itu antara lain :
a. Untuk mendapatkan makna “hasil” akhiran –AN harus digunakan pada kata kerja tertentu. Contoh :    
Tulisan adik sudah bagus.      
Tulisan artinya “hasil dari pekerjaan menulis”           
b. Untuk mendapatkan makna “alat” akhiran –AN harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja. Contoh : 
Keranjangnya ada tetapi pikulannya tidak ada.         
Pikulan artinya “alat untuk memikul. 
c. Untuk mendapatkan makna “benda atau hal yang dikenal pekerjaan” akhiran –AN harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja. Contoh :
Makanan ini lezat sekali         
Makanan artinya “sesuatu yang dimakan”     
d. Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –AN harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja. Contoh :       
Di tengah sawah itu ada kubangan kerbau.   
Kubangan artinya “tempat kerbau berkubang.          
e. Untuk mendapatkan makna “tiap-tiap” akhiran –AN harus digunakan pada kata benda yang menyaakan waktu atau satuan ukuran. Contoh : 
Majalah bulanan ini terbit di Jakarta. 
Bulanan artinya terbit tiap-tiap bulan.           
f. Untuk mendapatkan makna :mengandung banyak hal yang disebut kata dasarnya” akhiran –AN harus diimbuhkan pada kata benda tertentu. Contoh :   
Ayah sudah ubanan   
Ubanan artinya “banyak ubannya      
g. Untuk mendapatkan makna “himpunan bilangan atau jumlah” akhiran –AN harus digunakan pada kata bilangan. Contoh :         
Yang diundang banyak tetapi yang dating hanya belasan orang.
Belasan artinya “himpunan yang jumlahnya sebelas sampai Sembilan belas”
h. Untuk mendapatkan makna “bersifat yang disebut kata dasarnya” akhiran –AN harus digunakan pada beberapa kata sifat. Contoh :    
Dia tak mau membeli barang murahan           
Murahan artinya “harganya murah”.  

Akhiran –NYA         
Akhiran -NYA tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi dan kondisi mana pun bentuknya tetap. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhkan.      
Dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan adanya dua macam –nya.         
Pertama : -nya sebagai ganti orang ketiga tunggal yangberlaku objek atau pemilik.  Contoh : saya minta tolong kepadanya      
Kedua : -nya sebagai akhiran.
Contoh : turunnya harga beras menggembirakan rakyat.       
Penggunaan akhiran –nya untuk mendapatkan fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut :       
a. Untuk membentuk kata benda akhiran –nya harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja yang menyatakan keadaan atau kata sifat. Contoh :         
Tenggelamnya kapal Tampomas banyak menelan korban.    
b. Untuk memberi penekanan pada bagian kalimat akhiran –nya harus diimbuhkan pada kata benda. Contoh :     
Saya ingin mandi, airnya tidak ada.   
c. Untuk membentuk kata keterangan akhiran –nya harus diimbuhkan pada beberapa kata tertentu. Contoh :       
Agaknya dia tidak akan datang.        
2.3. Gabungan (Simulfiks)
Imbuhan yang dibubuhkan pada keseluruhan kata dasar disebut dengan gabungan (Simulfiks). Dalam makalah ini kami hanya menemukan beberapa simulfiks yang kami temukan dalam modul kuliah Morfologi Bahasa  Indonesia yang ditulis oleh Azwrdi, S.pd., M.Hum. sebagai berikut:


Gabungan ber-an
Gabungan ber-an berfungsi membentuk verba dan prakategorial)
Contoh: ber-an + pergi                   berpergian
Makna yang ditimbulkan dengan pengimbuhan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       menyatakaan makna ‘bahwa perbuatan dilakukan dengan banyak pelakunya’
contoh:                        berjatuhan       ‘banyak pelaku jatuh’
                        berdatangan    ‘banyak pelaku datang’
contoh dalam kalimat: ribuan mahasiwa berdatangan untuk melakukan KKN di Aceh Tengah.
b.      Menyatakan makna ‘bahwa perbuatan dilakukan berulang-ulang.
Contoh:           berlompat        ‘berlompat berkali-kali’
                        berguling         ‘berguling berkali-kali’
contoh dalam kalimat:  Andi berlompat di belakang rumah.
c.       Menyatakan makna ‘keslingan’
Contoh:           berbahasan      ‘saling membahas’
                        bersentuhan     ‘saling menyentuh’
contoh dalam kalimat: mereka selalu berbahasan  ketika jam istirahat.                    
Gabungan peN-an
       Gabunan peN-an berfungsi membentuk nomina (dari verba, nomina, adjektiva dan mokagetorial).
Contoh            :           peN-an                        +          duduk                          penduduk
                        peN-an            +          pulang                         pemulangan
                        peN-an            +          buku                            pembukuan
                        peN-an            +          darat                            pendaratan
                        peN-an            +          besar                            pembesaran
       akibat pengimbuhan gabungan peN-an atas suatu bentuk dasar, menimbukan beberapa makna yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Manyatajakan ‘hal melakukan pekerjaan’
Contoh: pembacaan    ‘hal memabaca’
              Pembelian      ‘hal membeli’
2.      Kadang-kadang mengetahui makna ‘cara melakukan perbuatan’
Contoh: Joni pintar, tetapi penampilannya kurang menarik.
3.      Menyatakan makna ‘hasil perbuatan’
Contoh: menurut pengamatan saya, Dia termasuk mahasiswa yang cerdas.
4.      Menyatakan makna ‘ alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan’
Contoh: pendengaranya  sudah tidak normal lagi.
              Penglihatanya sudah tidak jelas lagi.
5.      Menyatakan makna ‘tempat melakukan pekerjaan’
Contoh: pengadilan ‘tempat mengadili’
              pembuangan  ‘tempat membuang’
              pengasingan  ‘tempat mengasingkan (diri)’

Gabungan per-an
       Gabungan per-an mempunyai satu fungsi, yaitu membentuk nominal (dari verba, nomina, adverbia, numerali dan prageterial).
Contoh            : per-an        + kawin                            perkawinan
                          per-an        + tumbuh                         pertumbuhan
                          per-an        + pajak                             perpajakan
                          per-an        + lebar                              perlebaran
                          per-an        + desat                             perdesatan
       akibat pengimbuhan gabungan per-an atas suatu bentuk dasar, menculah bermacam-macam makna yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Menyatakan makna ‘perihal apa’
Contoh: perindustrian                         ‘perihal industri’
              persepakbolaan          ‘perihal sepak bola’                                                       perbengkelan             ‘perihal bengkel’
2.      Menyatakan makna ‘ hal atau hasil’
Contoh: persahabatan             ‘hal atau hasil bersahabat’
              pernafasan                             ‘hal atau hasil bernafas’
             persekutuan                ‘hal atau hasil bersukutu’
3.      Menyatakan makna ‘tempat melakukan pekerjaan’
Contoh: peristirahatan             ‘tempat beristirahat’
              perhentian                 ‘tempat berhenti’
4.      Menyatakan makna ‘daerah yang berupa’
Contoh: perkampungan           ‘daerah yang berupa kampung’
              perkantoran               ‘daerah yang berupa kantor’
5.      Menyatakan makna ‘bermacam-macam’
Contoh: persyaratan                ‘bermacam-macam syarat’
              peralatan                    ‘bermacam-macam alat’ 
 
Gabungan ke-an
       Gabungan ke-an berfungsi membentuk nomina dan verba (dari verba dan adjektiva dan prakategorial).
Contoh: ke-an + pergi                        kepergian
              ke-an + berani                       keberanian
              ke-an + lihat              `           kelihatan
              ke-an + dingin                       kedinginan
              ke-an + dengar                      kedengaran
       Akibat berimbuhan gabungan ke-an atas bentuk dasar muncullah bermacam-macam makna yang dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
1.      Menyatakan makna ‘suatu abstraksi’ dan ‘hal’ (bentuk abstraksi dari perluasan maupun sifat).
Contoh: keberhasilan              ‘hal berhasil’
              keberangkatan           ‘hal berangkat’
2.      Menyatakan makna ‘hal-hal yang berhubungan dengan’
Contoh: kewanitaan    ‘hal-hal yang berhubungan dengan wanita’
              kabahagiaan  ‘hal-hal yang berhubungan dengan bahagia’
3.      Menyatakan makna ‘dapat dikenai perbuatan’
Contoh: ketahuan        ‘dapat diketahui’
              kedengaran    ‘dapat didengar’
4.      Menyatakan makna ‘dalam kedaan tertimpa akibat perbuatan, keadaan dan hal’
Contoh: kehujanan      ‘dalam keadaan tekena hujan’
              kepanasan      ‘dalam keadaan terkena panas’
5.      Menyatakan makna     ‘tempat atau daerah’
Contoh: kepresidenan ‘tempat/daerah presiden’
              kerajaan         ‘tempat/daerah raja’
              kedutaan       ‘tempat/daerah duta’
              kemukiman    ‘tempat/daerah mukim’                                 




















BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan        
Proses morfologis mempunyai fungsi gramatik dan fungsi semantik. Fungsi gramatik adalah fungsi yang berhubungan dengan dengan ketatabahasaan, sedangkan fungsi semantik adalah fungsi yang berhubungan dengan makna. Untuk keperluan pertuturan itu sering pula sebuah kata dasar atau bentuk dasar yang sudah diberi imbuhan dibubuhi pula dengan imbuhan lain.
Imbuhan yang ada dalam bahasa Indonesia adalah : 
1. Akhiran: -kan, -i, –nya, -in, -at, -is, -isme, -man, -wan, -ah, -us,-wi.         
2. Sisipan: -el, -em,  –er dan -in         
3. Gabung: ber-an, peN-an, per-an,dan ke-an.

3.2. Saran      
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terjadi kesalahan, dengan ini penulis memohon bagi para pembaca untuk memberi saran yang mendidik bagi penulis sendiri dan bagi kita semua mahasiswa, dengan selesai makalah ini penulis memberi pesan kepada pembaca untuk membaca pada referensi yang lebih lengkap yang ada di dalam buku-buku mengenai Morfologi yang berkenaan dengan fungsi dn Makna, sisipan, akhiran dan gabungan yang lebih  legkap lagi, supaya  dapat menambah wawasan mahasiswa tidak hanya bergantungan mata materi yang tercantum dalam makalah ini.

 





DAFTAR PUSTAKA

Azwardi. 2010. Morfologi Bahasa Indonesia. Banda Aceh: FKIP. Universitas Syiah Kuala.
Iryanto, Tata dan Suharto. 1996. Kamus Bahasa Indonesia Modern. Surabaya: Nidya Pustaka.
Chaer, Abdul. 1998. Tata bahasa praktis bahasa Indonesia, Rineka cipta, Jakarta.
Anton, M. mulyono, Departemen kebudayaan, Tata bahasa baku bahasa indosesia, Perumbalai Pustaka, 1992 Jakarta.           
Kusno, Budi Santoso, Problematika bahasa Indonesia sebuah analisis praktis bahasa baku, Rineka cipta, 1990 Jakarta.           




















LAMPIRAN

Analisis fungsi dan makna gabungan, sisipan dan akhiran yang terdapat dalam cuplikan pengertian berikut:

Pengertian Amanat.
            Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karya itu. Amanat disimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan dalam isi cerita. Oleh karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup membaca dua atau tiga paragraf saja, melainkan harus membacanya sampai akhirnya sehingga tuntas.

v  Disampaikan
Kata di atas mempunyai kata dasar sampai dibubuhi simulfiks di-kan mengahasilkan sebuah makna baru selain dari kata dasar.
Kata dasarnya mempunyai arti sudah tiba di lokasi atau tiba. Sedangkan makna yang timbul setelah dibubuhi simliks di-kan mempunyai arti yang berbeda yaitu sudah di ucapkan atau sudah dibicarakan, sudah dikabarkan.
v  Merupakan
Kata di atas merupakan kata dasar dari rupa yang dibubuhi simulfiks me-kan menghasilkan sebuah makna yang baru selain dari kata dasar.
v  Akhirnya
Kata dasar dari kata di atas dari kata akhir yang sudah mendapat infiks menjadi akhirnya.